lowongan kerja di rumah

Selasa, 29 Desember 2009

The Billitonian

Setidaknya begitulah aku menyebut istilah bagi diriku yg terlahir di Pulau Belitung, Billitonian aku ambil dari kata dasar Billiton, nama pulau ini ketika masih dlm pendudukan Belanda...begitulah mereka (Belanda) menyebut pulau ini.

Banyak orang mengenal pulau Belitung sebagai pulau penghasil bijih/pasir Timah terbesar setelah pulau Bangka tetangga pulaunya. Pada masa jayanya di era th '70-90 an, pulau ini begitu hidup. Dimana kegiatan perekonomian penduduknya yg memadai dikarenakan sebagian besar dari mereka bekerja sebagai karyawan di PT.Timah Persero. Berbagai fasilitas untuk menunjang kehidupan kami juga boleh dibilang baik sekali pada masanya. Aku adalah salah satu dari sekian banyak anak2 yg beruntung dapat menikmati fasilitas yg diberikan oleh PT. Timah tsb. Dimulai dari kelahiranku di RSU UPT. Timah Samak- Manggar, sekolah TK, SD, SMP milik PT. Timah... gratis!!!!....karena kedua orang tuaku adalah karyawan PT. Timah pada saat itu. Ayahku seorang pegawai di bagian Keuangan di Kantor Timah wilayah Gantung, sedang ibuku mengajar di SD UPT.Bel X Gantung (sebuah SD milik PT.Timah).

Bagaimana dengan orang tua kami?? sama seperti karyawan lainnya....tidak jauh berbeda mengenai fasilitas yg mereka terima dari perusahaan. Mereka disediakan perumahan, dg listrik dan biaya perawatan rumah yg juga gratis. Belum lagi fasilitas olah raga seperti lapangan tennis, basket, volley bahkan lapangan golf 9 hole pun tersedia!!! Ahh....masih banyak lagi fasilitas penunjang kehidupan karyawan lainnya yg tidak bisa aku sebutkan disini...

Barangkali hal2 seperti itulah yg memicu timbulnya persepsi seolah2 kami begitu dimanjakan oleh perusahaan dg berbagai fasilitasnya. Yang pada akhirnya terjadilah kesenjangan sosial antara masyarakat lain yg non karyawan PT.Timah dan karyawan PT. Timah itu sendiri. Seperti yg digambarkan oleh saudara Andrea Hirata pada mahakaryanya "LASKAR PELANGI". Setidaknya Bang Andrea Hirata menempatkan posisinya dari sudut pandang mereka2 yg berada diluar lingkup karyawan PT.Timah, yg tidak bisa turut menikmati berbagai fasilitas didalamnya.
Siapapun yg melihat kehidupan kami dari sudut pandang beliau, sudah barang tentu akan merasakan perasaan yg sama. Apapun pendapat mereka aku hargai. Tak mengapa bagiku pribadi, walau pada kenyataannya tak seperti itu. Bahkan sebaliknya, aku kecil merasa anak2 seusiaku yg tinggal di luar kompleks Timah justru kurang bersahabat jika mereka bertemu kami di luar kompleks. Padahal aku sangat ingin bermain bersama mereka. Karna permainan mereka lebih mengasyikkan seperti berenang di sungai, berburu burung, petualangan mencari buah2 hutan dll. Akan tetapi walaupun begitu, aku sempat memiliki banyak teman2 di luar sana (baca: diluar kompleks).

Kalau kita melihat ke daerah lain, tak perlulah sampai jauh melihat sampai ke luar negeri, kita lihat fasilitas yg ada di PT.Freeport - Irian Jaya, memang seperti itulah konsep fasilitas yg diberikan sebuah perusahaan mapan kepada karyawannya. Semua serba terorganisir, memenuhi standard baik dari pemukiman karyawan maupun fasilitas pendukungnya. Mereka berusaha menciptakan suatu lingkungan yg nyaman bagi karyawannya yg tentunya berdampak baik untuk memacu semangat kerja. Dgn terpenuhinya segala kebutuhan karyawan, diharapkan konsentrasi kerja mereka lebih baik. Mereka jadi merasa memiliki dan loyal terhadap perusahaan tempat mereka mencari nafkah.

Aku rasa seperti itulah yg pernah dilakukan oleh PT.Timah terhadap karyawannya. Lihatlah kompleks2 perumahan karyawan tersusun dg rapi, terbagi2 menjadi bebrapa areal menurut jenjang kekaryawanan masing2. Bagi para petinggi difasilitasi dg areal pemukiman yg dekat dg Kantor Pusat masing2 wilayah penambangan. Hal tsb memang sengaja dikondisikan seperti demikian dg harapan mereka bisa datang ke kantor masing2 lebih awal atau minimal tepat waktu. Juga untuk lebih mempermudah kehadiran mereka disaat ada urusan2 penting di kantor ttg pekerjaan mereka. Atau disaat mereka harus kerja lembur/rapat sampai larut malam, mereka tak perlu khawatir dg kendala pulang menuju kerumah mereka yg berada tak begitu jauh dg kantor mereka. Juga karena posisi mereka dianggap vital oleh perusahaan sehingga jika ada hal penting yg harus dikerjakan, tak akan sulit menghubungi mereka.

Ahh...setidaknya itulah sedikit gambaran ttg Belitung-ku ini. Tempat dimana aku berjanji pada diriku sendiri akan menyumbangkan tenaga dan fikiranku demi untuk membangun kembali kampungku yg perekonomiannya skrg ini sedang tidak baik. Semoga Allah memberiku jalan dan kesempatan agar aku dapat mewujudkan cita2-ku ini....Amien....

2 komentar:

  1. Pandangan yang bagus...mikak iri juak kan kamek nok di "luar", ape nyamannye...sekulah mesti di tempat Timah, berenang aja...mesti di kolam renang Timah...apa2 Timah...heheheheeeee. Salam Kenal...Aku Iwan, Gantong kampung aku.

    BalasHapus
  2. Hehe, kitu la hop...walau gimane-pun d bayang2 ek atribut timah, tetap ajak dirik ne muyang e urg kampong juak,tetap ade naluri nak bemain d aik arongan e...hehe, aku d gantong juak skrg...sbile2 balik kampong kuang lh nempo kamek ye??thank's

    BalasHapus